Langsung ke konten utama

Imago Dialogue; Seni Komunikasi Mengenal Pasangan



 
source: Pinterest.com


Membicarakan pasangan, apakah kamu sudah memiliki pasangan?
Pernahkah kalian mengalami konfik dalam hubungan?
Bagaimana cara kamu mengatasi dan menyelesaikan konflik?

Sebelum menarasikannya lebih lanjut, aku mau disclaimer dulu nih. Memang, sebagai penulis yang selama 24 tahun masih single, bukan berarti aku asal-asalan menulis ini. Tulisan ini adalah hasil pemahaman mendengar melalui proses berfikir dari sebuah podcast dalam aplikasi Inspigo bertema Mengenal Pasangan melalui Konflik dengan narasumber Rani Anggraeni, seorang Couple relationship  therapist sekaligus self improvement coach yang hari ini secara khusus aku dengarkan. Jadi, tetap valid ya Gais sumbernya. Hehe
***
Membicarakan mengenai pasangan, tentu setiap  orang memiliki subjektifitas masing-masing, baik perempuan maupun laki-laki. Dalam menjalin hubungan atau relationship tentu tidak terlepas dari yang  namanya konflik. Baik konflik yang terjadi karena faktor internal yang dalam hal ini bersumber dari subjek penjalin relasi atau bahkan faktor eksternal yang bersumber dari luar subjek penjalin relasi. Keduanya, sangat berpotensi untuk menggonjang-ganjingkan relasi yang sudah berlangsung, bahkan yang sudah bertahun-tahun.

Namun, mungkinkah sebuah relasi bisa berjalin baik-baik saja tanpa ada konflik? Apakah menerima pasangan apa adanya memang benar adanya? seperti dalam lirik-lirik lagu?
Konflik seringkali membuat hubungan menjadi renggang. Namun, adanya konflik juga bisa membuat hubungan kembali menghangat dan bisa lebih mengenal pasangan. Membuat seseorang menjadi problem solver dalam menyelesaikan permasalahan.

Anne menjelaskan, konflik adalah sebuah indikasi bahwa ada sesuatu yang perlu tumbuh (something needs to grow). Kalimat yang ku ingat, kurang lebih begini.
“Hubungan yang memiliki konflik itu bagus, karena di sana ada hal-hal yang perlu tumbuh. Dalam membina hubungan yang sadar (conscious), keduanya harus bertumbuh bersama”.
Sesuatu yang perlu tumbuh di sini diartikan segala hal yang ada di dalam individu yang menjalin relasi, dalam hal ini baik kesadaran, penerimaan, kejujuran, toleransi antar pasangan, dan lain sebagainya.

Lantas, bagaimana jika konflik itu sudah terjadi? Bagaimana cara mengatasinya?

Imago dialogue adalah salah satu sarana komunikasi dan mengenal pasangan. Pertama kali diciptakan (founding fathers and mothers) oleh pasangan suami-isteri Dr. Harville Hendrix dan Dr. Hellen Hunt, melalui proses merenung dan refleksi atas kasus perceraiannya maka tercetuslah imago dialogue.

Dalam imago dialog, ada aturan dasar yang harus disepakati oleh kedua belah pihak, yakni tentang mengirim dan menerima. Mengirim berarti dalam sebuah pasangan, salah satu berbicara, dan menerima berarti seseorang lagi mendengarkan. Ada tiga proses dalam imago dialog, yakni mirroring (cermin), validations (validasi) dan emphaty (empati).

Mirroring (cermin), adalah tahap pertama, di mana salah seorang akan merefleksikan apa yang dipikirkan, rasakan dan katakan terhadap suatu masalah atau konflik. Salah seorang lagi sebagai pasangan mengulangi persis apa yang dikatakan.

Agar lebih mudah dipahami, berikut contoh tahap mirroring (kalimat ini, tidak diucapkan dengan nada tinggi);

A : “Aku gak suka, kalau kamu mengkritik aku di depan orang banyak”.
B : “ Kamu bilang, kamu nggak suka ya, waktu aku mengkritik kamu di depan orang banyak”.

Ini adalah contoh mirroring. Di mana, salah seorang mengungkapkan apa yang dirasakan, dan salah seorang lagi mengulang apa yang dirasakan pasangan.

Validations (validasi), adalah tahap di mana salah seoarang yang merespon mengerti dan menerima apa yang dirasakan pasangan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan ucapan. Berikut adalah contoh validasi agar mudah dipahami.

A : “Aku gak suka, kalau kamu mengkritik aku di depan orang banyak”.
B : “ Kamu bilang, kamu nggak suka ya, waktu aku mengkritik kamu di depan orang banyak.
 Oke, aku mengerti apa yang barusan kamu bilang, apa yang kamu pikirkan. Iya, aku mengerti dan aku bisa menerima apa yang kamu rasakan.”

Jadi, pada tahap validasi adalah tahap penerimaan dan pemahaman atas apa yang dirasakan pasangan.

Emphaty (empati), adalah tahap terakhir di mana salah seorang yang merespon menujukkan kepedulian yang lebih dalam (empati) dengan sungguh-sungguh terhadap apa yang dirasakan pasangan. Cara yang bisa dilakukan pun sama, yakni melalui ucapan.

 A : “Aku gak suka, kalau kamu mengkritik aku di depan orang banyak”.
B : “ Kamu bilang, kamu nggak suka ya, waktu aku mengkritik kamu di depan orang banyak.
 Oke, aku mengerti apa yang barusan kamu bilang, apa yang kamu pikirkan. Iya, aku mengerti dan aku bisa menerima apa yang kamu rasakan.
Aku bisa membayangkan, saat itu terjadi, kamu pasti kesal, kamu pasti marah sama saya, kamu pasti malu karena merasa tidak dihargai, betul nggak begitu? Kalau aku jadi kamu, pasti aku seperti itu juga.

Pada tahap terakhir ini, penerima respon semakin memahami dan peduli terhadap apa yang menjadi masalah pasangan. Dan perlahan pasangan merasa lega dan tenang (colling down). Sehingga masalah yang memicu konflik tadi bisa terselesaikan dan tidak memicu permasalahan baru.

Imago dialog adalah sebuah seni berkomunikasi dalam menerima dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh pasangan atas suatu masalah. Dalam imago dialogue therapy, pasangan adalah orang yang tepat untuk membantu seseorang untuk menyelesaikan atas apa-apa yang belum selesai (unfinished business).

Menjalin relasi adalah salah satu media pendewasaan diri. Relationship mengajarkan seseorang untuk memberi dan menerima, berbicara dan mendengar,  serta toleran satu dengan yang lain. Relationship adalah perihal menyatukan perbedaan, bukan menyamakan perbedaan.

***
Dinarasikan di YPK eLSA Puteri,
Semarang, 19 April 2020 ; 22:17


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Bertambah Usia

source: pinterest.com “ Bertambah usia berarti bertambah pula syukur kepada Tuhan..” Hari ini, tepat seperempat abad usiaku. Pada tanggal dan bulan ini, aku dilahirkan ke dunia dari rahim perempuan yang sangat luar biasa. Didampingi oleh laki-laki yang luar biasa pula. Perempuan dan laki-laki yang sampai saat ini dan selamanya aku panggil sebagai ‘Ibu’ dan ‘Bapak’. Dearst, Terimakasih banyak atas ucapan-ucapan, atas doa-doa yang dipanjatkan, atas segala harapan-harapan yang baik. Semoga Tuhan mengabulkan menjadi kebaikan-kebaikan yang memberi manfaat, tidak hanya untuk diriku tetapi juga mereka yang berada disekelilingku. Mohon maaf dengan sangat, apabila aku tidak membalas. Tapi percayalah aku dengan amat sangat bahagia mendapatkan ucapan dan doa-doa itu. Dan aku, dengan penuh kesadaran diriku, melangitkan doa yang sama kepadamu untuk segala kebaikan-kebaikan mu. Bertambahnya usiaku saat ini, aku hanya ingin mengalienasi diri dari ceremony ucapan, pula perayaan. ...

Maya, Selamat Wisuda

Source : ig @mayasofiachaca Malam ini, di dalam ruang kamar yang tidak terlalu terang namun cukup pencahayaan, akan kuceritakan tentang seseorang, yang jika ku hitung sudah sekitar lima tahun aku dan dia berada di Kota Lumpia ini. Kami dipertemukan dalam sebuah wadah organisasi mahasiswa (Pers Kampus). Sebelumnya, sekitar dua tahun yang lalu, aku sempat menuliskan sajak untuknya. Tepat, di wisudanya pula saat meraih gelar Diploma. Perempuan, yang dengan segala semangat, kegigihan dan ketekunannya melancong dari Kota Bika Ambon menuju Kota Lumpia dengan membawa segudang mimpi yang ingin ia capai. Entah bagaimana tangan Tuhan bergerak, yang pasti Ia adalah sutradara yang paling handal. Aku tahu betul, dia adalah perempuan yang sangat gigih, mandiri, dan ceria. Dia sangat ambisius untuk mencapai hal-hal yang positif, termasuk di antaranya adalah  kompetisi dan prestasi. Terbukti, banyak prestasi yang sudah dicapai, aku akan mencoba mengingatnya, sebatas yang ku tahu. Di ...

Macrame; Seni Bermain Simpul dan Bermimpi

  Picture: Macrame Dream Catcher   Dear encycoffedia readers, apa kabar? Lama sekali ya, kita tidak saling bertegur sapa. __ Terhitung hampir enam bulan negeri ini dilanda pandemi. Membaca pemberitaan di koran maupun di platform media sosial membuat pikiran semakin sumpek. Mau berdiam diri atau melakukan aktivitas di dalam rumah, jenuh. Belum lagi kalau ada hal (termasuk pekerjaan) yang harus diselesaikan dan mengharuskan keluar rumah,   rasa was-was selalu menghantui.   Serba salah. Karena itulah, entah sejak kapan aku tidak pernah lagi mengikuti pemberitaan pandemi covid-19 sampai dengan saat ini. Merasa lebih lega, Namun harus tetap berhati-hati. Untuk mengalihkan fokus perhatian, aku mulai mencoba mempelajari seni Macrame . Tentu, hal ini tidak serta muncul begitu saja. Bahkan, kata macrame saja aku baru tahu sekitar tiga atau empat hari yang lalu. Saat berselancar pada platform media sosial instagram. Awalnya, tak kusadari ternyata jemariku singgah p...